Pagi yang dingin merebahkan hasratku untuk melakukan pekerjaan rumah, ku mencoba mengukir namamu disudut meja hingga orang jarang memperhatikan namamu, cukup aku saja. Tapi aku tak bisa.
Teringat masa laluku denganmu, sewaktu pulang sekolah selalu sama-sama adakah kau merasakan aku mencuri pandang dari kejauhan. Saat itu aku terlalu polos untuk mengerti masalah cinta.
Semua kuserahkan pada Sang Maha Kuasaapakah dilain waktu kita kan bertemu lagi atau tidak, sekian banyak perjalanan hidup yang kulaluitanpa kehadiranmu. Selama 6 tahun aku mencari kabarmu namun aku wanita lemah yang tidak bisa berbuat banyakselain berharap dan selalu berharap dapat bertemu dirimu
Engkau adlah sosok pria yang membuatku kagum, pria yang bisa mengabaikan perasaannya dalam arti pintar menyembunyikan rasa cintamu hingga tak seorangpun dapat menebak isi hatimu, sejak kami berpisah aku tak bisa menemukan orang sepertimu. Aku hanya bisa menumpahkan air mataku jika merindukan masa-masa itu. Selalu ingin kutanya indri bagaimana kabarmu selama ini ???
Namun aku tak pernah bertemu indri lagi.
Tiba-tiba indri datang kerumah, “ La apa lo masih ingat dengan abang anto, cinta-cintamu dulu sewaktu smp??? . aku tersipu malu, hmhm ternyata indri masih kata-kataku “agh itu kan masa lalu in, lagian abamg lo sekarang sudah punya kekasih. Aku nitip salam aja yah buat abangmu “.
Tak terasa perbincangan kami menyita waktu setengah hari, La aku pamit pulang dulu yahnanti mama dan papaku nyariin.”sebenarnya aku ingin berlama-lama cerita tentang kenanganku dulu, aku tak bisa mencintai orang lain bukinya berulang kali aku mencoba membuka lembaran baru dengan orang lainselalu ada bayangan kak anto dibenakku. Indri adalah sahabatku yang tau karakterku dan cukup mengenal pribadiku, aku bekerja disebuah toko kecil dekat dengan tempat tinggalku,
Ketika aku dimarahi konsumen karena produk yang dibelinya kurang memuaskan, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpostur tinggi dan berkulit putih, dia membantuku menjelaskannya.
Konsumen itu bisa meredahkan amarahnya, dia laki-laki yang adem dan sedikit cuek.
Saat dia menatapku jantungku berdesir “siapa laki-laki ini”??? kemudian dengan tersenyum dia menyalamiku dan berkata “ nona, lain kali engkau harus lebih pintar menghadapi konsumen seperti itu “ lalu pergi. Aku masih terdiam, sesampainya dirumah aku masih memikirkan lelaki tadi, “kenapa aku tidak menanyakan namanya tadi”. Hari minggu aku kerumah indri membawakan switer yang kusulam sendiri sambil cerita masa lalu, “La apa lo sudah denger abangku tidak lulus tentara, dia cukup terpukul karena cita-citanya pengen jadi tentara” . jika aku disampingmu aku akan menghiburmu kakak. “ terus sekarang abang lo kemana in????”,
“nga taulah La, dia pernah bilang akan tetap berusaha agar suatu saat dia bisa lulus tentara”
Apakah aku masih bisa melihat senyumnya?? “in, apa lo pernah bilang bahwa aku pernah menyukainya?? “ indri menepuk pundakku, “ la lo serius amat sih mengatakan itu, yah gue nga pernah bilang masalah itu ma abangku, kan gue dah janji ama lo nga bilang-bilang tentang rahasia hati lo”. Kami selalu bertukar pikiran, indri mencintai laki-laki yang pernah menolongnya menyelesaikan tugas kuliahnya. Tapi dia bingung bagaimana caranya caranya untuk memberi tahu kepada laki-laki itu bahwa dia mencintainya. Dia meminta saranku apa yang harus dia lakukan.
“in, menurutku sih, jajaki dulu orangnyaseperti apa , berteman dululah sampai lo menunggu dia mengatakan aku mencintaimu indri, tapi lo harus sabaran “.
“ia sih, tapi lo harus belajar untuk sabar in,” indri terdiam sambil sambil menimbang-nimbang perkataanku tadi. Hari semakin sore aku bergegas pulang.
Aku hanya bis amenulis sebait syair jika kerinduan mendera hatiku,
Matahari masih kan selalu bersinar, menerangi bumi ini
Namun apakah aku masih dapat melihat senyumanmu
Seperti dulu lagi, doaku selalu menyertaimu kakak
Berharap suatu saat, engkau dapt mengerti perasaanku
Ayah menjodohkanku dengan seorang pegawai, aku menolaknya “apakah ayah tau aku hanya mencintai kakak anto”, ayah sempat menanyakan alasanku menolak lamaran itu, aku terdiam karena tak bisa memberikan jawaban apa-apa. Di malam kelabu ini, kucurahkan segala masalah yang menyiksaku, hanya bulan yang selalu setia mendengarkan isak tanggisku menahan kerinduan ini.
Anto selalu berharap bisa bertemu Ela, gadis kecil yang tomboi, berapapun wanita yang ditemui anto namun tak seorangpun yang mampumeluluhkan hatinya, kini dia cukup dewasa untuk memilih segala sesuatu yang menyangkut masa depannya, ia terus yakin dan berdo`a bahwa suatu saat bisa mendapat julukan seorang tentara, karena itulah cita-cita terbesar dalam hidupnya,
Walaupun demikian, semua yang diinginkan tak sesuai harapannya, dia juga rajin beribadah tanpa terpengaruh oleh lingkungan dan teman-temannya.
Ingin rasanya bertemu kak anto, namun dia begitu sibuk. Setiap kali aku mampir kerumahnya tak pernah kulihatnya, “apakah kak anto selalu memikirkanku seperti aku memikirkannya??”
Indri datang kerumah, tak kuasa melihat air matanya yang masih saja bercucuran, ia mengetahui lelaki yang dicintainya akan segera menikah, aku membujuknya dan memberikan sedikit saran agar dia berhenti menangis, sedikit demi sedikit tangisnya mulai mereda.
“aku baru pertama kali jatuh cintaLa, kenapa harus kurasakan sakit seperti ini.” Ku elus rambutnya yang panjang, “ Sudahlah In, angap saja dia bukan jodohmu, Allah akan memberikan yang terbaik untukmu sayang”. Aku sungguh prihatin terhadap masalah asmara yang menimpa indri.
Akhirnya segera tersenyum dan menghapus air mata. “Ya gitu dong seperti indri yang gue kenal,”
Kami mengelilingi kolam dibelakang rumah sambil bertukar pikiran.
Dia adalah sahabat yang sangat berarti, aku bisa mengerti perasaan indri. “Ya Allah pertemukanlah dia lelaki yang tepat untuk indri, yang mampu menghargai air matanya”.
Di tenagah kesibukannya menyusun kripsi indri selalu menyempatkan untuk menemuiku.
Di tempat kerjaku ada pria bernama Dika, orangnya perhatian dan sangat baik padaku, awalnya dia hanya sekedar membantuku mencatat stok barang, tak pernah kusangka ternyata Dika menyukaiku,
Aku binggung untuk menjelaskannya karna yang ada dihatiku hanya kak anto. Sampai kapanpun
Dia akan selamanya dihatiku walaupun aku tak tahu sampai kapan perasaanku terus seperti ini.
“Ela, sebenarnya sudah lama aku ingin menyampaikan perasaanku padamu, tapi aku selalu tak punya keberanian untuk mengungkapkannya, aku tahu kau akan bilang aku tak bisa”.
Aku tersentak diam seribu kata, kutarik nafasku dalam- dalam. “maafkan aku ya dik, gue nga bermaksud nyakitin hatimu, kan elo tahu sendiri gue nga bisa mencintai orang lain,
Tak ada yang bisa mengantikan posisi orang itu dihatiku, namanya terukir terlalu kuat di dalam sini Dik, sambil menunjuk dadaku.
Dilema yang harus kujalani, hingga suatu saatakan ada titik terangnya, “aku tahu itu La, tapi bolehkah kupinta sesuatu darimu, izinkan aku tetap mencintaimu walaupun kau tak kan bisa mencintaiku.”
Aku binggung harus berbuat apa “ terserah elo lah Dik, yang penting kau sudah tahu jawabanku”.
Dik, ni dah malam, gue minta tolong anterin gue pulang ya ?. diperjalanan kami terdiam hingga akhirnya sampai depan rumah. “ Dik tengkyu ya?” , dika membalikan motornya “oke, La gue pulang”
Kulihat disekat dinding kamar seakan ikut merasakan apa yang tengah aku alami, “sampai kapan aku terus mencintai seseorang, bahkan orang yang kucintai tak mengerti perasaanku,
Hanya waktu yang kan menjawabnya”. Rinduku membuatku tersiksa, dada ini terasa sakit bahkan nadiku terasa lemah. Aku selalu mencari obat yang bisa meyembuhkan rinduku padanya, tapi aku takmenemukannya. Aku baru teringat bahwa handponeku tertinggal dikantor, “wah, ni sudah larut malam mana mungkin aku kembali lagi, besok sajalah sekalian”.
Ibu selalu perhatian kepadaku, sarapan pagi telah tersaji dimeja makan dengan aroma menusuk perut. Tempe bacem mengingatkanku pada anto , diapernah mampir kerumah sewaktu kami masih SMP, sebisa mungkin aku menahan air mataku. “Nak, makanannya hanya diliatin , ayo dongcicipin masakan ibu nanti telat kerja loh, kalo nga dimakan. Aku segera menepis ingatanku tentangnya
Dan segera mencicipi masakan ibu.
Di tempat kerja Dika tersenyum melihatku, aku membalasnya dengan senyuman pula, Dika selalu ada diwaktu kusedih, namun itu tak mengoyahkan perasaanku terhadap Anto.
Di depan kaca toko, kulihat ibu sedang kecopetan, penjahat itu memaksa ibu itu melepaskan tasny,
Tiba-tiba datang seorang priayang pernah menolongku sewaktu aku dimarahi oleh seorang konsumen, pria itu segera memukul 2 orang penjahat, jantungku berdesir lagi “siapa sebenarnya laki-laki itu, kenapa setiap aku melihatnya jantungku selalu berdesir, diam-diam aku kagum terhadap pria itu, aku segera berlari keluar untuk menanyakan namanya tapi pria itu terlihat buru-buru sekali.
Dia seperti supermen, selalu membantu orang-orang yang tak berdaya.
Dika menepuk bahuku “La, Apa sih yang lo lamunin??” aku tersentak kaget, “siapa yang ngelamun”.
Aku terlalu serius merapikan barang-barang ini, Dika mengajakku dinner bahkan aku menolak ajakannya karena tak ingin memberi harapan kepadanya.
Mungkin semua orang melihatku dalam keadaan baik-baik saja, namun jiwaku teras rapuhmemendam kerinduan yang amat mendalam, akan kah aku bisa bertahan jika jiwaku lemah seperti ini.
Indri mengundangku ke acara ulang tahunnya, di acara itu rata-rata semua membawa pasangannya hanya sebagian orang yang sendiri tanpa pasangan,indri mengucapkan sepatah kata kepada para undangan yang hadir, aku tak sengaja melirik kesamping kulihat pria yang membuat jantungku berdesir, “hah dia, kenapa dia bisa berada di acara ini? “, indri menarik tangan lelaki itu dan menyuapkannya sepotong kue, awalnya kukira dia kekasih indri.
Tiba-tiba dia mengajakku berjabat tangan dengannya “La, ni loh orang yang lo cari, dia abangku anto”
Kami saling menatap penuh kebingungan “betapa berbedanya anto yang kukenal dulu dengan sekarang. Kami saling mengobrol cukup lama, tanpa keberatan dia mengantarku pulang.
Dan hubungan komunikasipun tetap berjalan lancar, aku tak pernah melihatnya dirumah itu karena dia mengurus berkas untuk tes tentara lagi, dalam hati kecilku “aku tak rela jika kau benar-benar lulus tentara pasti kau akan meninggalkanku lagi” .
Sepanjang hari dia membuatku tersenyum, aku begitu bahagia mendengar cerita tentangnya.
Dia sangat menghargaiku.
Kami saling mengingat tentang masa-masa selama SMP, sebenarnya dia sudah lama mencari keberadaanku namun baru kali ini Tuhan mempertemukannya.
Anto juga tak menyangka takdir mempertemukan kami, walau dia sangat jarang kerumah namun dia selalu memperhatikanku seperti mengingatkanku sholat dan mengajarkanku banyak hal yang belum kuketahui, aku terlalu serius memberikan hatiku untuknya.
Ku tunggu ungkapan anto mengungkapkan perasaannya padaku, mungkinkah dia tak punya perasaan lebih padaku???. Kupikir pertemuan ini akan berakhir bahagia, ternyata masih panjang perjalanan yang akan kuhadapi bersamanya dan bahkan tantangan-tantangan lainnya.
Sebenarnya dia tipe orang koleris, jadi aku belajar untuk memahami dia agar sesuatu yang kukatakan bisa dipikirkannya. saking tertutupnya itu yang membuat kami kerap bertengkar.
Setelah kurang lebih 6 bulan kami saling mengenal akhirnya kami memutukan untuk pacaran,
Awal kami pacaran semua terasa baik-baik saja, kupikir setelah kami jadian dia akan sedikit terbuka padaku ternyata masih tetap sama, dia bahkan tak pernah cerita apa yang sedang dialaminya,
Anto lebih suka memendam permasalahannya sendiri, aku berdoa agar tes terakhirnya untuk jadi tentara bisa menjadi kenyataan. Dia tak mengerti perasaanku disaat aku membutuhkan kabarnya, dia meninggalkanku kata-kata yang tak pasti hingga aku dibuatnya binggung,
Aku mengerti dia sibuk mengurus tesnya tapi setidaknya dia bisa memberikan sedikit penjelasan padaku, seolah-olah dia melupakanku.
Sedih rasanya, aku hanya bertanya pada adiknya indri untuk menanyakan mengapa akhir-akhir ini dia berubah??? Dengan santai adiknya hanya menjelaskan dia sibuk.
Sampai suatu hari, aku menayakan mengapa sikapnya padaku berubah, tak kusangka dia mulai marah “memangnya apa yang lo pikirkan tentang gue, lo berpikiran positif atau negatif???”
Aku tak ingin memperpanjang masalah ini, “iya, gue selalu berpikiran positif tentang elo”.
Sampai dia lulus tentara dan akan melanjutkan pendidikan di tempat yang jauh, dia tak memberiku kabar. Dia sungguh tak menghargai sedikit perasaanku, aku mendengar informasi itu dari adiknya,
Tak kuasa aku menahan tanggis, aku binggung apa yang harus aku lakukan.
Dia telah pergi meninggalkanku tanpa kata-kata, kumencoba melupakan perasaanku padanya walaupun membutuhkan waktu yang lama, kadang aku selalu bertanya “apa salahku padaku kak anto sampai kau tega meninggalkanku tanpa kabarmu??”
Aku tak mengerti mengapa dunia ini begitu kejam.
Setelah masa pendidikan itu, dia ditugaskan diluar kota. Meski hubungan kami tidak begitu baik namun tali silatrurahmi antara aku dan dia masih baik-baik saja,
Saat aku menjalin hubungan dengan orang lain, kudengar dia sedang dekat dengan seorang cewek kenapa aku merasa cemburu, “ ya allah kuatkanlah hatiku agar aku bisa menerima kenyataan ini”
Dulu, saat kami masih pacaran tak henti-hentinya dia mengingatkanku untuk sholat,
Kini Semua telah berbeda, entah sampai kapan aku masih menyayanginya???.
Anto, tak pernah peduli denganku lagi namun aku tetap bengga karena dia sangat setia pada keluarga dan tugasnya.
Dikala aku sendiri, aku termenung betapa rumitnya perjalananku hanya untuk bertemu dia.
Sedikit demi sedikit aku mulai bisa menerima takdirku yang harus berpisah ditengah jalan,
Mudah-mudahan dia mendapatkan seorang wanita sholeha yang mampu mengerti dia sepenuhnya.
Sekarang dia masih bertugas diluar kota, aku rasa dia terlalu tinggi untuk kugapai.
Walaupun sekarang kak anto sudah membuktikan keberhasilannya, dia masih seperti anto yang kukenal dulu tidak sombong.
Dan bahkan dia lebih dewasa dalam menghadapi masalah.
Kamipun menjalani kehidupan sendiri-sendiri, walaupun dia dan aku sudah melupakan masa lalu itu,
Aku masih ingin mendengar alasannya mengapa dia meninggalkanku tiba-tiba.
Anto menggangap ela sebagai adik, anto telah menemukan wanita yang bisa mendampinginya
Disisi lain aku masih merasa sedikit cemburu,
Setelah 1 tahun bertugas diluar kota, anto pindah tugas didaerah asalnya.
Memang sejak dulu itulah yang diimpikan bisa menjalani tugas didaerah asalnya,
Seminggu yang lalu dia menelfonku kami bicara masalah pasangan hidup, “aku masih mencintaimu, tak semudah itu mencari pasangan yang menggantikan posisimu dihatiku”,
Dia bahkan tak pernah tau seberapa besarnya rasa cintaku untuknya.
“La, aku ingin mengatakan sesuatu ”, jantungku deg-degkan apa yang ingin dikatakannya kenapa dia sangat serius, “ ya, silahkan bicaralah gue denger kok”.
“Aku menyukai seorang gadis, dan rencananya aku berniat untuk melamarnya, menurutmu tindakan gue terlalu terburu-buru atau lo punya tanggapan lain”,
Aku terdiam sesaat, “yah menurut gue sih lamar aja, itu cara yang lebih baik kerena sudah ada yang rawat lo saat bertugas”.
Aku seperti belum percaya apa yang dikatakannya barusan, kucoba meupakannya tapi aku tak bisa.
Indri selalu menyuruhku datang kerumahnya namun aku selalu mengelak dengan sejumlah alasan, karena aku tak sanggup berhadapan dengan anto.
2 minggu lagi acara pernikahan anto dan desi akan dilangsungkan disebuah gedung restoran ternama
Aku sudah membuka undangan mereka, saat mendengar itu jiwaku lemes.
Kenanganku bersamanya tersapu seketika, ingin rasanya berteriak tapi aku tak punya tenaga untuk bersuara. indri sangat mengerti perasaanku saat itu, dialah yang selalu membangkitkanku dalam kesedihan. Ibunya mengundangku untuk hadir diacara itu.
Duduk disudut, melihat orang yang kucintai mengikrarkan janji sehidup semati dengan wanita lain,
Ini hal tersulit buatku setelah dia pernah meninggalkanku. Dengan tersenyum ku ucapkan semoga mereka menjadi pasangan yang langgeng.
Kepalaku terasa pusing, aku pamit pulang meski acaranya belum selesai.
Tubuhku terasa lemah dan pusing dikepalaku berkepanjangan, “La ayo makan dulu nak, sudah 2 hari kamu belum makan”, ibu mengerti apa yang sedang aku rasakan, aku tak ingin membuat ibu cemas
“iya bu, aku akan kemeja makan”, saat melangkahkan kaki aku terhuyung sampai terjatuh.
Kubuka mataku suasananya berbeda, “kudengar suara ibu, La kamu sudah sadar nak”,
Kulihat disekitarku mereka sangat mengkwatirkanku, “iya ibu, memangnya kenapa denganku ibu??”
“kemarin sore kamu pingsan nak”. Kulihat anto dan desi membuka pintu mereka menjengukku,
“kenapa dia bisa tau kalo aku dirumah sakit”, aku terdiam seribu bahasa melihatnya.
Desi yang terlihat agak mencemaskanku “gimana keadaanmu La ???”.
“alhamdulilah baik-baik saja “, mereka berbincang-bincang dengan keluargaku.
Sekitar 1 jam mereka menjengukku, akhirnya mereka pulang.
dokter memvonisku bahwa aku menderita leukimia, mendengar pernyataan itu membuatku syok.
dokter memvonisku bahwa aku menderita leukimia, mendengar pernyataan itu membuatku syok.
dulu aku selalu cerita segala masalah kepada kak anto, tapi sekarang tak mungkin karena itu membuat rumah tangganya berantakan,
hanya dia yang mengerti apa yang kurasa, ingin rasanya berteriak mengeluarkan masalah yang mengelilingi tubuhku ...........................bersambung