Sabtu, 15 Juni 2013

MENCINTAIMU SAMPAI AKHIR HIDUPKU

                      


         Usai sekolah SMA aku binggung menentukanmasa depanku karena keterbatasan dana orang tua, aku tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Aku tak kan mungkin memaksa orang tua harus membiayaiku sekolah, aku berpikir bagaimana untuk tetap melanjutkan hidupku tanpa tergantung padaorang tuaku yang punya penghasilan pas-pasan.
Tanteku menyuruhku kursus tata rias kebetulan kursus itu gratis, aku memutuskan mengambil tawaran itu dan berharap usai dari kursus itu aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Ternyata untuk kerja disalon bukanlah kemauanku, karena banyak penyimpangan yang sering kudengar dari teman-temanku yang bekerja disalon.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lain. Suatu hari tetanggaku menawarkanku untuk mengurus bayinya kebetulan ibu itu sibuk bekerja. Tanpa pikir panjang aku menerima tawaran tersebut, hari demi hari aku belajar menjaga bayi itu sebisa mungkin kulakukan yang terbaik bagi si bayi.
Kelak suatu hari jika aku telah dianugrahi seorang bayi paling tidak aku punya pengetahuan sedikit dalam hal mengurus bayi.
        Aku tidak mungkin bekerja hanya mengurus bayi seperti ini, karena punya masa depan sendiri, kurang lebih 1 tahun menganggur. Aku bertekad melanjutkan sekolahku namun Allah berkehendak lain, 2 kali pendaftaran mahasiswa baru aku tidak lulus.
Dengan sedikit kecewa aku menyerah dan tidak mau melanjutkan sekolah, biarlah pendidikankusampai SMA saja, disamping itu rasa kecewa sedikit berkurang kerana kekasihku selalu menghiburku. Dia kekasih yang sangat luar biasa walaupun dia jauh namun dia selalu ada untukku, dikala aku membutuhkan bantuannya. kak susan banyak cerita tentang kepribadiannya sehingga walaupun belum bertemu aku banyak tau tentangnya.
Sejak pertama melihatnya aku sudah menaruh hati padanya , kakaku susan yang mengenalkanku dengannya, 
Kami jarang bertemu tapi itu bukan alasan untuk mencari penggantinya. Awalnya aku bertemu dia dirumahku, kakakku yang mengundangnya kerumah dengan tujuan menyelesaikan tugas kuliahnya. dia tipe cowok yang sangat cuek dan simpel, pertama menjalin hubungan dengan tipe orang seperti itu sangat membosankan, tapi lama kelamaan aku bisa menyesuaikan diri dengan wataknya.
Tak terasa hubungan kami menginjak 2 tahun,. Dia sangat menyayangikubahkan dia rela kehujanan hanya untuk membawa sebuah oleh-oleh dari kampungnya hanya untukku.
Aku belajar mengerti dan memahaminya, dia bukanlah anak manja yang hanya mengandalkan uang orang tuanya,walaupun dia anak bungsu tapi semangat untuk bekerja sangatlah besar, diam-diam aku mengagumi sikapnya.
         Kami merencanakan ditahun ketiga pacaran, dia berniat menikahiku, selain itu dia mengajarku agar menjadi cewek mandiri dan tegar yang tidak selalu mengandalkan kemampuan orang lain, singkat saja namanya Arham.
Selama kami pacaran dia tidak banyak menuntut. kak susan dan arham sangat akrab.
Setiap kali mereka bertemu, tak lupa mereka selalu melontarkan sedikit guyonan, agar suasananya tetap hidup dan terasa menyenangkan. Ibuku merestui hubunganku dengan arham.
Sekitar 2 minggu yang lalu aku dipanggil kerja disebuah perusahaan, sambil mengumpulkan dana Arham merencanakan agar pernikahan kami dilakukan secara sederhana.
Ayah selalu bertanya “Din,apa kamu sudah siap menjalani bahtera rumah tangga bersama Arham diusiamu yang masih muda ini nak ?” dengan tersenyumaku membalasnya “insya Allah, sudah yah, doakan dinda ya yah agarbisa menjadi istri dan ibu rumah tangga yang  baik”. Dengan meneteskan air mata “ ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu nak” sambil memelukku.
Pernikahnku tinggal 1 bulan lagi,aku mempersiapkan mental untuk menghadapi hari pernikahanku. Arham selalu menelfon ibu, menanyakan kesiapannya melamarku, rasa bahagia tak bisa kuungkapkan. Tinggal 3 hari lagi waktu bahagia yang selama ini aku  impikan.
          Aku tak menyangka Allah berkendak lain, sewaktu diperjalanan menuju rumahku arham kecelakaan dan dia segera dilarikan dirumah sakit, dengan hatiku yang hancur berkeping-keping, tubuhku terjatuh  mengingat Arham. Aku dan keluargaku menuju rumah sakit , setibanya disana kulihat tubuhnya terbaring diranjang dengan infus tergantung.
Melihat calon ibu mertuaku menanggis dan membacakan sepotong ayat suci alqur`aan, aku lalu menyalaminya dan ikut menitikan air mata.
Dokter mengatakan Arham koma, aku memegang tangannyayang terkulai lemah, kusapu dahinya dengan tanganku “kakak kenapa ini harus terjadi antara kita, kakak ingat tidak waktu kakak mengajarku di taman meyakinkanku agar aku tetap bertahan dan kami saling mencinta”.
Kak susan hanya diam melihat kami berdua, “tante, malam ini biarkan aku yang menjaga Arham ya?, calon mertuaku berdiri dan mengelus pundakku “baiklah nak, tante pulang dulu” kak dodi mengantar ibunya pulang. Kak susan mengkwatirkanku “Din, kamu mau ditemani atau sendiri untuk menjaga Arham ?”.
Aku menarik tangan kak susan, “kakak sebaiknya temani aku disini”,
“baiklah sayang”.
       Sementara ibu dan ayahku pulang kerumah, “Din, susan ayah dan ibu pulang dulu ya, sabar ya nak”. Aku hanya mengangguk.
Pagi itu dokter menemuiku, “apa kalian keluarga saudara Arham??” aku masih memeluk tubuh Arham, tiba-tiba kak susan bangkit dari kursinya “ia dok, ada apa?”
Dokter itu menjelaskan bahwa kemungkinan Arham lumpuh akibat kecelakaan itu, mendengar penjelasan itu aku sok mendengarnya.
Sudah 2 hari Arham koma, aku tak bisa meninggalkan Arham dirumah sakit. Ibu Arham selalu datang membawa makanan untukku, ibunya sangat menyayangiku aku dianggap sebagai anaknya sendiri,
Tak terasa kurang lebih 1 minggu arham koma, aku sedih melihat keadaan kekasihku yang lemas, kupegang tangannya “ Ya Allah selamatkanlah Arham dari musibah ini “, dengan izin Allah tiba-tiba tangan Arham bergerak, aku melepaskan tangannya dan segera kutatap wajahnya, “sayang ini aku dinda, apa kau baik-baik saja?” dia menatapku penuh kebingungan lalu aku jelaskan semua yang terjadi. Aku segera memanggil ibunya dan kak susan untuk memberitahukan bahwa Arham sudah sadar, Arham ingin duduk dan mengambil segelas air, kubantu dia mengambil air minum.
“kenapa kakiku terasa kaku din, ada apa ini??” aku hanya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa, sampai dia menyadari bahwa kakinya lumpuh.
 Dilemparkannya semua guling dan bantal lalu menangis, aku tak bisa menahan air mataku.
Kupeluk dia dan mencoba menenangkan perasaannya.
Tak terasa waktu dhuhurpun tiba, pelayan rumah sakit mengantarkan makanan untuk pasiennya, aku menyuapinya melihat dia yang sedang tidak stabil.
“Ya Allah kuatkanlah hati kami, buatlah dia tetap kuat dalam menghadapi cobaan ini”, tiba-tiba mama dan papa datang membawakan pakaian ganti untukku.
“nak bagaimana keadaanmu sekarang? Apa dinda menjagamu dengan baik” dengan senyuman menawan ia menjawab “ia tante, dinda menjagaku sebaik mungkin, tante kak susan mana?”, mama menjelaskan bahwa kak susan tidak ikut menjenguk karena sedang banyak tugas kuliahnya.
         Setelah 2 minggu dirumah sakit, Arham diboyong kerumah sambil melakukan terapi, tiap pagi aku selalu menemaninya untuk belajar jalan dengan tongkat walaupun hanya beberapa langkah, aku selalu menghabiskan wakuku bersamanya.
Dia selalu menenangkan hatiku, dia adalah lelaki tegar yang pernah kukenal.
“Din, kalo aku sudah sembuhkita menikah ya?”
 Kujewer telinganya “ia janji, jangan jangan keluyuran lagi kalo sudah sembuh”. Ibunya memanggilku kedalam ternyata dia memberiku sebuah cincin pernikahannya,
Aku terharu menerima pemberiannya, kusuruh Arham memakaikannya dijariku, “Din kau terlihat cantik dengan cincin itu” kupeluk Arham dan mencium keningnya.
Aku bahagia memiliki seorang kekasih sepertinya, “terimakasih tuhan, Engkau telah menganugerahi dia untukku” dengan berpamitan pulang, ku kecup keningnya
 “sayang aku harus segera pulang karena hari telah sore, aku mencintaimu”. Tanganku ditariknya “hati-hati dijalan yah”.
Kak susan, ibu dan ayah  menanyakan perkembangan kabar Arham, “dia bai-baik saja”
Aku menuju kamar dan langsung tidur, begitu terus keseharianku membantu Arham agar cepat sembuh.
                Suatu hari aku melihat seorang gadis mencium Arham, Arham langsung menepis tubuh wanita itu, aku hanya terdiam dan menangis “siapa gadis itu?”, ibunya menghampiriku “hayo, lagi ngeliatin apa Din,” segera kuhapus air mataku “ tidak liat apa-apa kok tante, ini aku kelilipan” sambil merangkulku dan menyuruhku masuk rumah.
Arham menarik tanganku “ kenalkan ini vera teman lamaku”, kami saling berkenalan.
Arham menjelaskan semuanya tentang vera, ternyata dia adalah mantannya yang kuliah di Amerika, dia bekerja diperusahaan ayahnya. Orangnya sangat rama, walaupun demikian aku masih saja tetap cemburu, Akhirnya vera pulang.
“awas, kalo ketahuan selingkuh dengan vera, kucambuk kakimu” dengan tertawa terbahak-bahak “mana mungkinlah dinda “. Dia meyakinkan bahwa cintanya tak akan terbagi.
Setelah cuti 2 bulan, aku kembali bekerja dan waktuku bersama Arham sangat sedikit, tapi sebisa mungkin kuselipkan kesempatan untuk menjenguknya, vera semakin sering mengunjungi Arham dan itu membuat perasaanku meledak-ledak, kondisi Arham semakin membaik.
Arham merencanakan 3 bulan lagi pernikahanku dengannya akan digelar, semua sudah dipersiapkannya, vera selalu membuatku cemburu, jika aku tak menghargai keluarga Arham telah lama kugampar dan ku usir dia dari kehidupan arham.
Namun itu hanya membuat masalah bagiku, undangan kamipun mulai tersebar.
Pernikahan ku tinggal menghitung minggu, aku tak sabar menanti hari bahagia itu.

         Suatu malam , firasatku tidak enak dan selalu terpikirkan oleh arham, aku gelisah tak bisa menutup mata, segera kuraih Handphoneku untuk menelfonnyanamun nomornya selalu dirijek. Keesokan paginya aku mendatangi rumah arham, ibunya menangis memelukku, aku binggung apa yang terjadi?, dan dirumah itu sangat ramaiada vera, ibunya dan kakak-kakaknya.
Perasaanku mulai tidak enak, seperti ada sesuatu yang terjadi.
“ada apa ini tante, apa yang terjadi dengan arham??” mereka diam seribu bahasa, akhirnya kamipun duduk dikarpet, ibunya memelukku dengan erat “maafkan arhamnak, pernikahan kalian dibatalkan”. Aku semakin binggung dan tak mengerti, aku mengira arham kecelakaan.
Segera kulari kekamar arham mencarinya, kutemukan ia sedang duduk terdiam “sayang, kenapa pernikahan ini dibatalkan??” dia masih saja terdiam,
Lalu vera mengikutiku kekamar arham, “Kau tau din, aku hamil 2 bulan, itu anak arham”,
Aku tak bisa berkata apa-apa, tubuhku lemah tak berdaya, “apa betul yang dikatakan vera?” dengan histeris berulang-ulang aku bertanya “jawab arham,jawab.....”
Dia hanya mengangguk, dengan wajah penuh rasa bersalah.
Segera kutampar wajahnya dan berlari keluar, aku tak sangup menerima menerima kenyataan itu. Kurebahkan diriku ketembok dan menangis sekencang-kencangnya, arham segera mengikutiku dan berkata dan berkata “maaflkan aku din, sungguh aku tak bermaksud menyakitimu”, aku teriak dengan suara agak kasar “diam, pergi dari hadapanku, tinggalkan aku sendiri” setelah 30 menit duduk, aku berpamitan pulang.
          Setelah 2 hari, sejak mendengar semua yang terjadi aku sakit dan selalu mengeluarkan darah dari hidung, rambutku kian hari kian berguguran seperti daun yang terkena terik matahari tanpa sadar aku pingsan. Keluargaku membawaku kerumah sakit ternyata dokter menyebutkan bahwa aku terkena penyakit kanker otak, aku kaget mendengar jawaban itu.
Keluargaku sudah mengetahui apa yang terjadi padaku, mereka ikut sedih  dan memberiku semangat hidup.
Sejak mengetahui  arham bukan untukku, kami kehilangan komunikasi.
Besok adalah pernikahan arham dan veraakan dilaksanakan, diruang rumah sakit aku hanya bisa menatap dinding-dinding yang membisu menyaksikan isak tangisku.
Tapi aku bangga terhadap arham, dia berani mempertangungjawabkan perbuatannya.
Kuberitahu keluargaku agar tidak sekali-kali memberi kabar tentang keadaanku kepada arham walaupun sedikit.

     Jauh dilubuk hatiku yang paling dalam aku belum bisa merelakan arham bersama vera...
Tapi apalah daya jika keadaan tak memihak kepadaku....aku bisa merasakan betapa kami sama2 merindu, Ya Allah percepatlah ajalku agar aku tak merasakan sakit yang begitu menyiksa batinku. Sampai kapanpun dirimu tak kan terganti oleh orang lain....

 “ingatkah dirimu Arham, saat aku bertengkar dengan kak susan kau membujukku untuk pulang kerumah, pelukanmu begitu tulus “
 Sebelum kita berjanji untuk menikah, banyak harapan  tersimpan dibotol yang kita tanam dibawah pohon alpukat belakang rumahku.... apakah aku salah tak merelakanmu hidup bahagia bersama vera, , , kau tersenyum bahagia dengannya dan akan dipanggil ayah...
Aku tak bisa hidup berlama- lama menyaksikan semua itu.
Maafkan aku, tak bisa memberikan yang terbaik untukmu,,,
Aku kehilangan hatiku yang telah kupupuk beberapa tahun bersamamu,,,
Allah sangat menyayangiku, Dia memberiku penyakit ini agar aku tak berlama-lama memendam luka yang harus menyaksikan dirimu tersenyum.................
“Sampai kapanpun aku kan tetap menyayangimu Arham,, aku bahagia menyimpan namamu dihatiku, , , Allah mengerti apa yang menjadi pilihan terbaik untukku agar aku tak merasakan sakit yang begitu lama. . . .  jika aku merindukan sentuhanmu, aku hanya bisa merasakan lewat mimpi yang membawaku bertemu dirimu, entah kau merasakannya atau tidak??
Allah jika engkau tak mempertemukanku dengannya di dunia, izinkan kami bertemu di akhirat Ya Allah, ampunilah kesalahannya di masa lalu... tuntunlah dirinya
Agar akhlaknya terpelihara ya Allah”. Arham love you forever.
                  Adiku memang tak pernah cerita apa – apa, aku mendapatkan sepucuk surat ketika membersihkan kamarnya, ia meninggalkan kami untuk selama lamanya,
Maafkan kakak ver, yang tak pernah tau apa yang kau rasakan, ternyata cintamu begitu dalam kepada Arham, kakak kira kau terlihat seperti wanita tegar dan sudah mengikhlaskan arham berjodoh dengan orang lain...



KISAHKU


 Diruangan yang begitu ramai dengan teman –temanku  yang  selalu  membuatku tersenyum, meski hati terasa begitu ingin teriak histeris, aku tak sanggup berdiri di tempat ini. Mentari pagi ikut menitikan air matanya menyaksikanku seperti ini.
Luka yang ku alami tak sanggup aku rasakan, inikah takdirku  harus  putus  dengannya, dengan  dia yang kucinta. Sepertinya  aku  belum  percaya  kenyataan ini yang begitu memilukan .
Untuk bisa bangkit dari keterpurukanku, aku mencoba belajar tersenyum karna dengan tersenyum rasa sakitku berkurang.
Melihat sang mantan membuatku muak dan ill feel namun aku harus bersikap profesional.
Meskipun aku tetap mempertahankan hubunganku dengannya, toh dia  tak                 pernah merasa peduli sedikitpun tentang keadaanku. 
sekian kali aku merasakan patah hati, bahkan aku tak iingin lagi mengenal  CINTA, 
aku selalu berdoa “ Ya Allah pertemukanlah aku seorang pria yang sabar , rajin beribadah kepadaMU serta mampu menghargai perasaanku”.
Haripun berlalu, sampai aku bisa tersenyum kembali , hanya mama tempatku cerita tentang masalah yang menimpaku yang tak mampu kuhadapi, aku bersyukur memiliki  mama yang mengerti  perasaanku. “mama aku tak sanggup  untuk melupakannya, semua terasa sakit kurasakan”.
Sabar dan lembutnya mama  memberiku nasehat, “ sabar nak , dunia ini tak sesempit daun kelor,mungkin dibalik itu semua Allah telah mempersiapkan  seseorang   yang lebih baik darinya,
Senyum dong, masa  sih  anak gadis mama cengeng”. Aku kuat karena mama  selalu memberiku semangat  hidup, perlahan sakit hati itu mulai sembuh.
Aku tak berani menatap wajah pria itu karena sahabatku mencintainya, sering   mbak Vera  cerita  tentang pria itu, saat itu aku hanya mendengar  tentang  kisahnya sepintas, ternyata  pria itu diam-diam menyimpan perasaan padaku  tanpa  sepengetahuanku.
Suatu ketika, aku mengembalikan helem milik  mbak Vera, saat kubuka pintu terlihat wajah asing, sepertinya pria itu sangat akrab dengan mbak vera. Aku tak ingin  mengganggu  suasanya,  setelah kembalikan  helem  aku  bergegas  pulang  ke rumah  kak sinar.

Saat kubuka facebook ada pesan pertemanan dari ferdy aza, aku mulai tau identitas ferdi aza.
Sepertinya aku tak pernah mengenal pria ini, “ put, ada pria asing sepertinya dia mengenalku tapi dia begitu asing bagiku, apakah kau tau siapa orang ini” sambil menunjukan foto profilnya.
“oo dia mas ferdi, sebenarnya dia sangat menyukai kak selvi, dia adalah tetangga kosku,
Kemaren  mas  ferdi  minta no handphon  dan alamat  facebook kak selvi, tapi aku gag ngasih soalnya merasa gag enak sih dengan mbak vera. Kan tau sendiri mbak vera menyukai mas ferdi, apalagi aku dan mbak vera tinggal satu  kos kak!”. Benar juga apa yang dikatakan putri, yah apa salahnya berteman dengannya.
Mas ferdi  dan aku sering  kirim kirim pesan,  mendengar ceritanya  dia adalah orang perantauan asal tasikmalaya jawa barat.  Setelah cukup 1 minggu hanya mengirim sebuah pesan, malam itu kami berempat bertemu diwarung makan, aku,mas ferdi,putri dan mas bram kami saling tukar cerita.
Mas bram “ ayo pulang ! kan makannya sudah selasai”, dengan tangkas kujawab “ ia mas, duluan aja soalnya aku masih ingin bicara dengan mas ferdi.  Mas bram dan putri pulang duluan, baru pertama aku bisa melihat dengan jelas wajah mas ferdi.
Saking manjanya kemana – mana minta ditemani mas ferdi,  awalnya aku binggung dengan perasaanku sendiri apakah aku menyayanginya ataukah hanya sekedar mengaguminya saja,
Dan aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan mas ferdi secara sembunyi – sembunyi.
Aku tak ingin hubunganku ketahuan mbak nisa, meski hanya kakak sepupu namun aku segan dan takut jika hubungan ini sampai ketahuan, mbak nisa tak ingin mendengar aku pacaran lagi karena ia tak ingin melihatku menangis, aku mengerti sikapnya yang begitu dingin terhadapku.
Aku tak ingin berpisah dari mas ferdi, tapi aku juga tak ingin mbak Nisa marah jika tau aku telah melanggar ucapanku untuk tidak pacaran lagi, aku binggung  sungguh dilema, aku mencintainya.
Aku semakin binggung, melepaskannua ataukah tetap mencintainya, “ Ya Allah berikan aku jalan untuk  menyelesaikannya, aku tak kuasa jika harus berpisah dari mas ferdi”
Akhirnya  aku  memutuskan  untuk  mengakhiri nya,  “put, tolong  yah  smskan  mas  ferdi  bahwa  aku  ingin  mengakhirinya , tapi itu pakai kata-katamu sendiri  soalnya  aku tak sanggup  menulisnya”
Putripun membantuku, mas ferdi semakin kaget dengan pernyataanku,
Sms mas ferdi “ yah kalau itu keinginan neng selvi mas akan turuti  tapi, izinkan mas bertemu neng selvi untuk kali ini saja dan mungkin ini menjadi pertemuan yang terakhir mas, setelah itu mas ngak akan ganggu neng lagi” . setelah membaca sms mas ferdi, hatiku menjadi gundah    tak rela melepaskannya,  berkali  kali  aku  menolak  untuk  bertemu  karena  aku  tak  sanggup  melihatnya.
Yah  apa  salahnya  menuruti  keinginannya mungkin ini bisa menyelesaikan  masalah.
Malam  itupun  kami  bertemu,  disepanjang  jalan  mas ferdi  tak  memberikan  senyumnya,
dia begitu  agak  cuek,  mas ferdi menyuruhku  menatap wajahnya , aku hanya  memalingkan wajahku.
“ mungkin mas akan  kerja  dikorea, mas bisa bertahan  hidup  di kendari  ini  karena bertemu  dengan  neng  selvi, jika seandainya  kita  harus  berpisah  buat apa mas  berlama- lama disini, hanya bikin tambah sakit hati “.  Seketika air mataku jatuh bercucuran, kudekap  tubuhnya 
“ jangan pergi ninggalin neng yah, “ mas ferdi sedikit agak jail dia menghapus air mataku dan menatapku penuh kasih.
“alasannya apa?? Kenapa mas dilarang pergi”......
  Tersipu malu aku katakan “ karena  neng  sayang  mas” berkali –kali dia menyuruhku mengulangi kata-kataku,  tapi  aku  sedikit  malu dan  mencubit  perutnya.
“aku  janji  mas, gag akan  seperti ini lagi, jadi  kesimpulannya kita  balikan kan”,  mas ferdi sedikit tersenyum mendengar  ucapanku,  kamipun baikan  sampai  ia  cerita  tentang  masa  lalunya  dulu dengan  mantan – mantan  lainnya.  Hubungan kamipun sedikit membaik, meski  aku  sedikit  sibuk  dengan  pekerjaanku,  sebisa mungkin  aku  meluangkan  waktu  untuk  bertemu  sang  kekasih.
Sesuai kesepakatan  kita berdua , kami  masih  tetap  melanjutkan hubungan  ini  secara  rahasia  dari  keluargaku.
“ neng, jangan kecewakan mas lagi, karena mas begitu menyayangi neng,  jika kita  punya  niatan  baik  dengan  orang  lain  pastilah  masalah  demi  masalah  selalu  datang, entah itu dari  neng , dari mas ataukah  dari  orang lain” kata- katanya  sangat  dewasa, membuatku  semakin  jatuh  cinta.
“mas, kan aku pernah terluka, jadi susah untuk percaya orang lain termaksud  mas, neng sih bersyukur  jika  seandainya  kata –kata  mas  itu  benar”.......
Mas  ferdi  mencoba  meyakinkanku  bahwa  dia  bisa  membuktikan  suatu  hari  aku  bisa  percaya  padanya,  luka – luka  kemarin mulai kering, berkat  hadirnya  dikehidupanku.
Mas  fedi  begitu  perhatian  padaku,  aku selalu  bertanya-tanya  dalam  diriku   mungkinkah  perhatiannya  untuk  selamanya  ataukah  hanya  pada masa –masa  pacaran saja???,
Aku berharap  perhatiannya  untuk  selamanya  sampai  kami  tua  “aamiin”,  hubungan asmara  tak  semulus  jalan  tol  begitu  juga  dengan  kami, hanya  CINTA  yang  mampu  mempertahankannya.
Terkadang  aku  selalu  berbagi  cerita  tentang  mas ferdi  pada  putri, dia  mampu  membantuku menemukan  solusinya.
Kata mas ferdi  “ punya  cewek  gag  ada  romantisnya” hahahhahahha ........... statusnya  difacebook membuatku  terpingkal  pingkal  sekaligus  agak marah, huum......... memang  sih  tak  kupungkiri aku tidak  terlalu suka  dengan  suasana  yang  romantis, dia  begitu  mengerti  aku,  mengingatkanku  disaat ku keliru,  menjailiku,  membuatku marah.
Berulang kali aku telah  membuatnya  kecewa, aku  terlalu egois  mementingkan  perasaanku  sendiri, sesebar  sabarnya  mas  ferdi pasti  suatu  saat  ia  akan  membrontak  atas  tekanan dariku.
Saat mas ferdi mengucapkan bahwa ia benar – benar  serius  dan tulus  mencintaiku,  rasanya  aku mulai percaya .
Andainya kau tahu mas, hati ini ingin menjerit  dan  mendekapmu mengatakan aku  mencintaimu.
Terpikir  sejenak,apakah aku kejam  Telah  merebut  mas  ferdi  dari  mbak  vera? Namun  aku  tak  bisa  membohongi  perasaanku  bahwa  aku  mencintainya.
Semua  orang  sekantorku  beranggapan  telah  merebut  mas  ferdi  dari  mbak  vera, 
Aku pun cerita  pada  mas  ferdi  tentang  hal  itu,” jika memang  okok  merebut  mas  ferdi  dari  mbak  vera, pastilah  okok  yang  ngejer ngejer  mas, tapi  kenyataan   gag
 Mas  yang  berusaha  untuk  dekat  dengan okok”,
Mas  ferdi  sering memanggilku dengan  sebutan okok  karena  aku  jarang  mandi  sore,
Katanya nama  itu  cocok  dengan  aku “okok “  yang  jorok  jarang  mandi......
Yah aku bisa terima  alasan  dari  mas  ferdi,  setiap  masalah  yang  kualami  selalu  kuceritakan  pada mas  ferdi karena  aku tak mau  menyembunyikan  masalah  sekecil  apapun  darinya.
Sudah  2 kali janjian  malam  mingguan batal itu karena  aku terlalu  egois ,  tak  pernah  mengerti  perasaan mas  ferdi.
Malam minggu yang pertama  batal  karena aku lebih  memilih  menemani  mbak  Nisa  kewarkop ngumpul  dengan  gang  anak android, meskipun  demikian  mas ferdi menemaniku  smsan
Ia  terlalu  sabar  menghadapiku yang keras kepala,  sampai aku tertidur  diwarkop
Malam minggu yang kedua  batal  karena  aku meminta kesediaan mas ferdi  untuk  mengantarku kedokter memeriksa  payu daraku.
Meski wajah mas ferdi sedikit cemberut, ia tetap setia  mengantarku
Dalam hati mas ferdi  deg-degkan  menunggu hasil pemeriksaan dokter,  mas ferdi  tak  ingin  kehilangan cewek yang dicintainya  lagi karena penyakit kanker payu dara.....
Sekitar 2 jam menunggu hasilnya,  ternyata  dokter  memberikan keterangan  bahwa aku  tidak apa-apa mungkin hanya pengaruh kelelahan saja.....
Sekitar pukul  jam 11.00 aku tiba  dirumah,
Malam minggu yang  ketiga , sempat  bermasalah juga,  mbak nisa memintaku untuk mengantarnya  ke warkop lagi, sementara aku sudah terlanjur janji mas ferdi
Binggung apa yang harus aku pilih, sejenak berpikir aku memilih menolak permintaan mbak nisa
Aku kasian  pada mas ferdi,  sedikit kesal  mbak nisa  membiarkanku pergi.
Kak  sinar  mulai sedikit  marah  denganku karena  aku keseringan  keluar  malam,  kak sinar  tak  pernah  meneggurku,  aku juga merasa  jenuh  berada  dirumah, itulah  alasannya  mengapa sering  keluar  bertemu  mas ferdi. Lagian  mas  ferdi  tak  pernah  mengajak  untuk  keliling – keling  karena  ia tau  betapa  lelahnya  diriku.
Aku juga mengerti  batas – batas keluar , jam 10.00, aku segera  pulang  kerumah
Terkecuali   hari- hari tertentu  aku  telat pulang  sampai  jam 11.00, tapi itupun hanya 3 kali saja.
Kak sinar  mengadu  pada  bude  ros bahwa aku  sering  keluar  malam,  bude ros  adalah kakak  kandung  mama,  bude ros  merasa  malu  mendengar  keponakannya   sering  keluyuran.
Padahal  aku sering ngumpul  dikos putri, bersama mas bram, mas ferdi  dan  teman-teman yang lainnya.  aku merasa  terasingkan dirumah  itu, semakin  merasa  tak  betah  berada  dirumah.
Suatu ketika  aku  kekos  putri menanggis  dipangkuan  mas ferdi ,”  mas, kenapa hubunganku begitu rumit  seperti  ini, bahkan  aku tak  pernah  menyangka  akan  menghadapi  masalah  yang  berbelit-belit”, hand phonku  berdering  mbak  nisa  menelponku  berkali-kali namun aku  tak  pernah  mengangkatnya, tiba-tiba  adikku  datang dengan  muka  agak  kesal  mengajakku  pulang, aku  tak  langsung  pulang  kerumah  kak sinar.
“aku ingin  bicara  sedikit  denganmu  kakak,  kenapa   kakak  menjadi  seperti  ini, susah  diatur
Aku tau, kakak ingin merasakan pacaran seperti layaknya orang lain, tapi bisakah untuk kali ini saja kau dengarkan aku sebaiknya kakak  akhiri  hubungan dengannya, apa kata orang  seorang cewek  seperti  kakak  yang  selalu  nyamperin  cowok  dikosnya“ aku tak mengerti maksudnya
Bahkan adik kandungku sendiri  menentang  hubunganku  bersama  mas ferdi, dengan seketika  air  mataku  jatuh  berderai  dan tak bisa  berkata  apa- apa, adikku hanya  merangkulku,
aku tak seperti yang mereka pikirkan,  mas  ferdi  mendengar  suara  tangisanku lalu mendatangi kami, ia menghapus air mataku “ sudahlah jangan  buat kakakmu menangis lagi”.
dengan nada agak keras, adikku berkata pada  mas ferdi” ini urusan kami berdua, jadi tinggalkan kami”. Mas ferdi segera meninggalkanku,  dan aku segera  pulang  kerumah.
Sesampainya  dirimah  aku menelfon mas  ferdi  sambil melipat  pakaian, terdengar  suara motor
               Saking  asyiknya  menelfon aku  tak menghiraukan  siapa  yang  datang.
Tiba- tiba Bude ros berdiri  didepan  pintu  kamarku, aku tersentak kaget  melihat  kedatangannya , aku tak banyak mengingat kata-katanya  “ kamu sudah miskin  dapat  yang miskin, apalagi  lelaki itu asal  usulnya  tidak  jelas, bude disini  yang  bertanggungjawab  atas  dirimu,  bagaimana  kalau  terjadi  apa-apa  denganmu  pasti  mamamu menyalahkan  bude,  bude  tidak  enak  dengar setiap  malam  kamu  keluyuran  terus  kasian  orang  dirumah  harus  menunngguimu  menutup  pintu  gerbang, apalagi  kamu  pernah  mencucikan  pakaian  laki-laki  itu
Percuma kamu pakai  kerudung kalo suka  nyamperin  cowok  buka saja jilbabmu”.
 usai menegurku  ia langsung  keluar kamar, namun itu tidak sampai disitu saja
adikku bertanya  “ benarkah kakak apa  yang  dikatakan  bude, kakak pernah  mencucikan pakaian laki-laki itu??” berulang kali Asdar  bertanya padaku
tak kuasa menahan  air  mataku, saat  itu  aku merasa  benci  pada Asdar, seakan wajahnya  mulai  menantang, aku berteriak kencang “ keluuuuuuuuuuuuuuuuaar dari kamarku ..................!!!!!!!!!!!!”
sambil menutup pintu kamarku. Terlalu berat  cobaan ini Ya Allah, dengan setiaanya mas  ferdi  menemaniku ,mas  ferdi  mendengar  kata-kata  yang  dilontarkan  bude ros padaku.
Ternyata mama mendengar  kata-kata bude ros  juga meski  hanya  setengah, karena  pada saat  bude  ros  datang  mama sedang  menelfon kak sinar untuk  menanyakan  kebenaran cerita  yang  sesungguhnya.
Mas ferdi memanggil namaku lewat  telpon “ neng ........... neng selvi  jangan  sedih  seperti  itu
Yang  sabar  yah  sayang, dari  awal  aku  sudah  katakan  menjalin  hubungan  dengan  seseorang  apalagi  serius pastilah  rintangannya  lebih  berat”.
Hariku  seakan  seperti  maut  yang  mencabut  senyumanku seketika, 
Aku menjadi semakin benci pada kak sinar, dan semua yang terlibat dalam masalah ini
Asdar menjelaskan pada mama bahwa ia terpaksa memarahiku dihadapan bude ros, karena terpaksa sebab Asdar mendapat ancaman dari bude ros,
Perlahan aku mulai terima alasannya dan mulai memaafkan kesalahan Asdar
Hubunganku dengan Asdar sedikit membaik.
Asdar  menyuruhku memegang  Atmnya  untuk  membeli  rokok  buat bapak, 
Atm itupun kusimpan,  mama  menyuruhku  pulang  kampung bersama  mas ferdi  karena keluarga ingin mengenal mas ferdi....
Kucoba untuk memberanikan diri  meminta izin  pada bosku,  dengan  kelapangan hatinya ia memberiku izin  selama 3 hari
Aku dan mas ferdi bergegas  pulang  kampung, sekitar pukul  06.00 kami tiba
Usai magrib  keluarga  datang  kerumah,  respon  mereka terhadap  kehadiran  mas  ferdi  disambut  baik,  aku  begitu  agak  sibuk  membantu  mama  membuat teh untuk  tamu  keluarga...
Mama  dan papa  begitu  akrab  dengan  mas ferdi, itu yang  membuatku  semakin bahagia
Sms masuk  dari  Asdar “We setan kenapa  pulang kampung dengan  laki-laki itu?? Belum apa-apa sudah begitu, baru kamu  pegang Atmku. Saya pernah  bilang sama  kamu  saya mau  hantam kalian, tunggu-tunggumi”
Astagfirulllah  dia anak setan ataou anak manusia sih?? Bahasanya kasar sekali,  tiba-tiba  handphone bapak berdering  ternyata Asdar  memanggil mencari  keberadaanku
Betapa syoknya  bapak setelah mendengar kata-kata  Asdar   menyebutkkan kata “anjing”, seketika itu mama menangis mendengar  anaknya  berkata seperti itu
Kusapu air mata mama dan mengelus  bahunya, sementara  bapak masih bicara  dengan Asdar.
“jika  aku tahu  Asdar  seperti itu, mungkin sejak lahir telah kubunuh  dia”kata mama
Kuraih handphone itu, dengan emosi aku berbalik memaki-makinya “ setan kau, bisanya  orang tuamu  sendiri  bilang Anjing,  kalo  mama dan bapak anjing berarti kau juga anak anjing”
Mama tak ingin perdebatanku dengan adikku berlanjut, mama  langsung meraih handphone yang kupegan dan segera  mematikannya.
Mas ferdi merangkulku “sabar sayang jangan ikut-ikutan pakai emosi,  emosi tidak akan menyelesaikan masalah “.aku bisa merasakan tulusnya  cintanya padaku
“Mama  pesan yak nak fer, seandainya besok kalian sampai  dikendari tolong bantu selvi mencari rumah kos, agar pikirannya  sedikit tenang. Jagakan dia yah nak”
Mama begitu menyayangi mas ferdi seolah seperti anaknya sendiri, mas ferdi menganguk  tanda setuju.
Sebenarnya, aku masih rindu mama tapi aku  tak tega meninggalkan mas ferdi balik ke kendari sendirian, mas ferdi masih membutuhkanku, Aku memutuskan untuk pulang  bersamanya.
Keesokan  harinya  kami  segera  balik  ke kendari  karena  mas ferdi  akan kembali  bekerja, aku tak ingin  mengganggu waktunya,  disepanjang  perjalanan  aku terus-terus  memeluk  erat  seakan mengisyaratkan bahwa aku mencintaimu mas,  entah  ia mengerti  ataukah tidak.
Sampai juga  dirumah kak sinar, aku langsung istrahat  merasa lelah diperjalanan,  mas ferdi  sering memperhatikanku mulai dari makan, kebersihanku dan lain-lain.
Mas ferdi mengizinkanku pulang kampung sendirian,  namun motorku kutitipkan dikos mas ferdi
Meskipun  kami  berjauhan namun komunikasi dengan mas ferdi tak pernah terputus,
Bapak dan mama serta Andre adik bungsuku  begitu menyayangiku,  bahagianya  memiliki  keluarga yang utuh,  aku memeluk mama diruang tv dan memijitinya ingin terus bersama mama selamanya.
Tiba tiba hand phoneku berdering mas ferdi memanggil,  “sayang ni Asdar ingin  mengambil motor okok”,, suasananya mulai menegang “mas berikan handphonenya biar aku yang bicara pada Asdar”
Namun  Asdra menolak untuk bicara kepadaku, Asdar mengancam mas ferdi  jika  bertemu  dijalan  mas  ferdi akan dicincang, “ Dar,,,, aku ini orang perantauan berarti sudah siap untuk mati, kalo kamu nantangin ayoow”, tapi Asdar mundur dan segera pulang.
Aku sedikit lega, karna  motorku masih  ditangan mas ferdi,, namun  bude ros datang ke kos mas ferdi, memaksa mengambil kunci motorku, 
Aku meronta – ronta “ mas jangan dikasih motornya “,aku tak tahu harus berbuat apa
air mataku membanjiri pipiku, mama segera bicara dengan mas ferdi
“yah kasih saja motornya nak fer, daripada kamu terus-terusan dipermalukan”, mas ferdi  merasa malu dengan tetangga kos dengan terpaksa mas ferdi menyerahkan kunci motorku pada bude ros
Hatiku sakit berkeping  keping,mama memelukku dan menghapus air mataku “sabar yah nak, kan ada mama disampingmu, mama akan lindungi kamu ndok,  mama kan pernah sekolah masa ngag bisa melindungi anaknya” aku tak bisa berkata apa –apa , mulutku kaku tak bisa mengucapkan sepatah katapun yang ada hanya air mataku yang bercucuran
Mama datang kerumah pak desa meminta solusinya, keluarga berkumpul dirumah  menyaksikan kesedihanku,,, pakde`sunar menasehatiku “ojo nanges teros, belajar ihlaske wae seng koyok iku pasti eneng balesanne podo seng kuoso”
Tubuhku terasa lemes, dan tak berdaya. Mama selalu menghiburku, memasakan ayam kesukaanku
Kuingin mama berada disampingku terus.
Setibanya di kendari mas ferdi membantuku  mencari  rumah kos, uang  dari mama hanya cukup untuk membayar kos  selama  sebulan sedangkan untuk uang belanja harian aku masih membutuhkan bantuan mas ferdi,  setelah dapat rumah kos yang jaraknya strategis  dekat dengan kantorku juga dekat dengan  kos mas ferdi.
Setelah hidup sebagai anak kos, barulah aku rasakan penderitaan  yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, dulu waktu masih tinggal dirumah kak sinar aku jarang sekali memasak ataupun berbelanja untuk kebutuhan dapur,
Kesedihanku masih  terbayang-bayang, terkadang putri mengajakku bercanda agar aku tak sedih lagi
“kak selvi, jangan bersedih seperti ini, harusnya kak selvi masih bersyukur ditengah-tengah masalah yang menimpa kak selvi masih ada orang tua kakak yang mendampingi, jika kupikir-pikir masalahku lebih rumit ketimbang masalah kakak, tapi aku tak pernah putus asa untuk menghadapinya “
Sambil mengusapkan air mataku
Aku  harus kuat menghadapinya, terkadang mbak Nisa sering mengirimkan sms yang melukai hatiku
“kalian tak pernah mengingat waktu keluargamu tinggal dirumahku, mamaku yang menafkahi keluargamu” entahlah bagaimana hatiku rupanya terlalu sakit kurasakan, betapa miskinnya keluargaku sampai bude ros menafkahi keluarga kami.
Aku tak kuasa membendung air mataku, sms itu segera kukirimkan mama
Aku tak sanggup membacanya, mama sedikit kesal “ terlalu sekali itu mbakmu ndok, masalah yang lalu-lalu janganlah diungkit-ungkit lagi, memangnya waktu mama tinggal dirumahnya mama tidak pernah belanja kebutuhan dapur, nah mama juga mengerti
Terkadang  kalau ada kiriman bapakmu, mama juga pernah ngasih uang budemu, ndak ingatkah juga dia waktu lampunya mau dicabut mama jual tanah untuk menebus dendanya, masih cewek kenapa mulutnya terlalu sadis begitu”  
Awalnya  mas ferdi sering marah denganku karena diriku terlalu nurut keinginan mereka, mas ferdi merasa kasiahan.
Sedikit demi sedikit aku bisa membeli sesuatu, mas ferdi mengajarku untuk bisa menghemat hemat uang.  Mas ferdi  mengajariku untuk berbisnis ia memberiku modal untuk berjualan pulsa,
Dulu sih aku juga pernah berjualan pulsa tapi sering bangkrut soalnya modal dan untuknya terpakai yah bangkrut deh, jadi sekarang pasti bisa  sukses  sebab  aku pernah  mengalami kegagalan....
Haripun berlalu, hingga aku bisa  menjalani  hidupku  tanpa  memikirkan masalah masalah yang lalu.
Setelah bisnis pulsaku berjalan,  sekitar 6 bulanan aku memulai terjun di dunia bisnis lainya yaitu jualan kerudung, modal awalnya  aku pinjam  uang mbak Desi sekitar   rp 840.000
Kucoba memasarkan dikantorku tetapi hanya sedikit peminatnya,  kemana lagi aku harus menjualnya, sementara dari jam 07 - 16.00 aku bekerja jadi aku gag punya waktu luang
Belum lagi pulang dari kantor aku harus memasak untuk makan malam  kami berdua, jadi   aku memutuskan untuk mengirim barang itu kekampung  biarlah mama yang bantu jualkan jilbabku,
Mas ferdipun mendukung usahaku, meski dikredit tapi aku percaya mama pasti bisa mengatasinya .
Selain itu, aku belajar membuat bros dari kain flanel u/ mencari tambahan uang walau hanya bermodal pengetahuan yang minim, tapi aku ingin mencobanya siapa tahu saja brosku banyak diminati pembeli.
Mungkin dulu-dulu adalah masa masa dimana aku harus terpuruk dalam kesedihan yang begitu berkepanjangan, sekarang aku ingin menyibukan diriku dengan bisnis yang menguntungkan .
Aku ingin yang ada dalam pikiranku hanya mas ferdi, keluargaku dan bisnisku ...
Mas ferdi juga ingin membuka usaha makanan yang banyak diminati orang, rencananya ia akan memanggil teman dari tasik yang ahli dalam pembuatan serabi untuk membantunya,
Jika ia jenuh di optikal sekali  sekali ia membantu membuat serabi sambil belajar apa bahan yang dibutuhkannya, yah sejauh ini sih aku sangat mendukung rencananya semoga kami sama-sama meraih kesuksesan
Selain itu ia berencana membuka toko optikal dikota, peluang ditempat itu untuk membangun toko optikal sedikit menjanjikan.
Aku mendoakannya semoga Allah memudahkan jalan kami untuk  menjadi  pengusaha sukses seperti layaknya orang lain.
Sehemat mungkin aku mengelola uang,  kata putri aku terlihat sedikit dewasa dari yang dulu-dulunya.
Jika tidak ada halangan  sebelum lebaran ia pulang ke tasikmalaya merundingkan hubunganku dengannya,  meminta izin oleh pihak keluarganya agar dibolehkan  tunangan denganku.
Kami berdua belum siap  untuk menuju kejenjang pernikahan, oleh karena itu kami sepakat untuk menunda pernikah. Insya Allah kami bisa menjaga diri  dan selalu mengingatkan
Aku tak ingin mengecewakan kepercayaan mama dan bapak terhadap kami,  mama mengingikan agar aku segera menikah dengan mas ferdi  sebab mama ingin mengendong seorang cucu
Kedepannya juga akan kepikiran kesitu, jujur  untuk sekarang aku belum siap menjadi seorang istri
Kata mas ferdi biarlah sekarang kita sama-sama merasakan susahnya  belakangan baru senangnya,
Betul juga yang dikatakannya.
Aku sedang berusaha menjadi yang terbaik untuknya,  dia begitu menghargai perasaanku,
Aku berharap tak berubah hingga kami menikah nanti, aku tak bisa membaca pikiranmu seperti katamu dalamnya lautan bisa diselami tapi dalam hati seseorang tak bisa diselami.
Hanya satu yang bisa kulakukan mencintaimu segenap  hatiku,




                       Mas jika aku pernah membuatmu kesal maafkan aku yah, berikan aku waktu untuk  membahagiakanmu, kusadari betapa egoisnya diriku yang selalu tak mengerti  perasaanmu
                       Engkaulah alasanku mampu bertahan manjalani hidup ini, tak ada terbesit   dipikiranku untuk mencari penggantimu
                      Wajah polosmu mampu meneduhkan hatiku, kualunkan nada nada sendu memanggil  namamu aku mencintaimu mas

kucintai engkau tanpa keraguan didalamnya
padahal kebanyakan cinta hanyalah fatomorgana
ingin kukatakan padamu dengan gamblang dan tulus
cintaku padamu terukir Zahir dan halus

jika dalam jiwaku tertanam kebencian
kan kucabik seluruh tabir penutupnya dan kubuang
sungguh ! tak ada yang kuinginkan darimu selain cinta
sungguh ! tak ada yang kuucapkan padamu kecuali cinta

saat aku tenggelam dalam samudra cinta
hamparan bumi seolah kering binasa
manusia seumpama buih - buih di lautan
penghuni mayapada seumpama debu beterbangan




  
                                “mas, anterin aku kepesta mbak Desi  yah, kebetulan sebentar siang acaranya “ mas ferdi sedikit kesal karena aku memberitahunya mendadak
Kamipun pergi,  ditempat pesta mas ferdi sedikit diam seperti malas mengeluarkan kata-kata
Aku mengerti perasaannya, sebisa mungkin aku melayaninya dengan baik walaupun hatiku sedikit kesal juga sih, tiba-tiba kakaknya menelfon bahwa motor akan dipakai
Kamipun bergegas pulang, mas ferdi  mengendarai motor agak ngebut seperti suasana hatinya
Aku hanya sekedar menghiburnya supaya  tak jenuh, malahan ia berbalik  bicara  dengan nada agak kesal.
aku langsung terdiam, mobil didepan kami hendak mundur 
mas ferdi mulai memundurkan motornya pelan-pelan, mobil itu tidak sabar untuk mundur jadi ia menabrak motor kami dengan emosi mas ferdi turun dan menendang belakang mobil  pick up itu
cukup lama mereka berdebat, saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa
kemudian  mas ferdi menyuruhku pulang sendirian, akupun jalan kaki  kekantorku
mas ferdi tak tega membiarkanku sendirian ia menyuruhku  naik motor, tapi aku bersikeras menolak karena sedikit marah juga, akhirnya  ia meninggalkanku dan menyelesaikan masalahnya.
Seharian aku ngambek tak menghubunginya,  aku mengkhawatirkan keadaannya bagaimana jika kakaknya marah kepadanya,  kuyakinkan diriku semua akan baik-baik saja
Ditempat kerja tak konsen, masih kepikiran mas ferdi
Malamnya ia ke kosku menjelaskan semuanya, ternyata kakaknya tidak  marah malahan menyuruhnya menyelesaikannya sendiri, alhamdulillah aku sedikit agak lega mendengarnya
“okok, harus bisa menahan emosinya kalau mas marah yah jangan ikut marah juga, seperti api dilawan api tambah besar kan nyalanya” aku hanya terdiam mendengarkan ucapannya.
Marahku jadi hilang dengan jailan yang dia ciptakan,  begitulah cinta tak selamanya mulus layaknya jalan tol.
    Aku yakin mampu melewati semua rintangan bersama mas ferdi, ia sangat memperhatikanku mulai dari hal-hal terkecil sekalipun, mataku telah tertutup rapat untuk jatuh cinta lagi selain mas ferdi.....
Hubunganku dengan mbak vera tak sedekat dulu, mungkinkah dia masih mencintai mas ferdi??? Tapi kan sekarang  ia telah berpacaran dengan kak riyan....
Sejak aku dan mas ferdi jadian sikapnya padaku agak berubah,  kuceritakan kerisauan hatiku pada mas ferdi,
Mas ferdi mencoba menyakinkanku jika itu hanya perasaanku saja.
Putri sering mengadu padaku bahwa ia tak betah kos bersama mbak vera soalnya mbak vera selalu bicara  kasar padanya, aku prihatin mendengarnya
Putri ingin kos bersamaku tapi ia merasa tak enak hati dengan mbak vera.
Aku binggung membantu menyelesaikannya, untuk sementara waktu biarlah ia bertahan dulu,
Jika memang ia sudah tak sanggup lagi untuk tinggal dikos bersama mbak vera aku menyuruhnya untuk pindah saja, daripada batinnya tersiksa
Aku tak sanggup mellihatnya sedih, dia sangat menghargai dan mengerti aku.
Kami begitu akrab sehingga orang mengira kami saudara kandung, aku binggung memikirkan masalah putri dan masalh yang dihadapi mas ferdi.
Aku tak bisa membantu mas ferdi secara materi untuk membangun bisnisnya, tapi aku berdiri sebagai seorang kekasih mendampinginya dikala ia sedih maupun senang, serta mendoakannya semoga kami diberi kemudahan untuk mencapai impian kami.
Aku masih teringat kata-kata mas ferdi “mas itu orangnya penyayang banget tapi kalau mas telah dikecewakan dalam arti di hianati mas akan hapus semua hal-hal yang bisa mengingatkan dirinya dan mas paling susah untuk balikan, mas sangat sabar menghadapi neng selvi yang keras kepala tapi selvi juga harus ngerti perasaan mas”
Itulah sebisa mungkin kujaga pandanganku, karena aku tak ingin kehilangan mas ferdi,
Aku ingin membaca kembali inbox yang pernah kukirimkan padanya sebelum kami jadian,
Kucoba meminta email dan paswordnya, ku kira ia tak kan memberiku tahuku ternyata ia memberikannya padaku....
Aku jaga kepercayaan mas ferdi untuk tidak menyalah gunakan facebooknya
Satu persatu kubuka pesannya, namun ada satu pesan dari wanita lain percakapan itu terjadi sebelum kami pacaran, jantungku berdesir membaca percakapan mereka
Apakah aku cemburu ??? kata yang biasa ia katakan pri cantikku, sama seperti ia katakan pada wanita itu, sebel ingin ngamuk dihadapannya
Aku berpikir kembali, itu kan dulu sebelum kami bertemu kenapa aku harus marah, dan itu tak seberapa dibandingkan sakit hatinya menghadapiku dengan mantan-mantanku.
Aku tak bisa memendam rasa cemburuku, kukirimkan mas ferdi sebuah sms bahwa aku cemburu,
Iapun bertanya “cemburu pada siapa” kujelaskan tentang wanita di facebooknya
Lalu mas ferdi ingin menjelaskan masa lalunya agar aku merasa tak ngambek lagi, aku hanya katakan tidak perlu
Sambil bercanda mas ferdi mengatakan aku kelihatan agak dewasa,
“ah gag kok, wong aku begini2 aja mas, aku ngerasa belum dewasa “
Yang tadinya suasananya menegang jadi semakin mesra,  apapun yang kuinginkan tanpa kuucapkan mas ferdi dapat memahaminya, begitu juga sebaliknya walaupun tidak semua aku memahami keinginannya.
Aku sering melakukan puasa senin – kamis untuk membantu melancarkan usaha mas ferdi, karena menurut buku yang pernah aku baca mengatakan seseorang yang berpuasa senin – kamis insya allah akan dilancarkan keinginannya.
Aku bisa mengerti beban yang dipikul mas ferdi begitu berat, mas ferdi ingin merenovasi rumah ditasikmalaya membutuhkan dana sekitar puluhan juta, selain itu ia juga memikirkan untuk membuka usaha makanan serabi.
“Ya Allah bantulah mas ferdi untuk menyelesaikan semua keinginannya”
Hari ultahku yang ku tuggu berhari hari akhirnya tinggal sehari lagi, mas ferdi pernah bilang kalau aku gag kan minta macam – macam, aku hanya katakan ya karena aku tau sendiri keadaan kami yang sebenarnya, tepatnya tanggal 27 april 2013 mas ferdi ke kosku, berulang kali aku mengajaknya makan bersama tapi dia menolak terus

                alasannya  perutnya gag enak, padahal biasanya biarpun perutnya bermasalah tapi ia tetap makan walau hanya sesuap nasi, hmhm membuatku kesal kupeluk erat perutnya dan melarangnya pulang, namun ia membujukkku bahwa ia akan segera pulang
lalu aku melepaskan pelukanku, seperti biasa sebelum pulang mas ferdi menyalimiku dan mencium pipiku,
Setelah mas ferdi pulang aku langsung tertidur mengantuk, selang 15 menit teriakan suara putri “kak selvi pulsanyasambil mengetuk pintu kamarku”
Hah, masa ia pulsanya belum masuk sih sementara berita terkirimnya sudah ada
Lalu bapak membukakan pintunya, betapa terkejutnya aku saat melihat mas ferdi, putri dan fery membawa kue  tar yang ke 22, hmhmmhm aku tak  bisa berkata apa apa selain terharu,
Mas ferdi mampu menafsirkan keinginanku tanpa ku ucapkan,
Aku bahagia mendapatkan kejutan seperti ini, ku elus pipi mas ferdi mengisyaratkan bahwa aku mencintainya,
setelah lama kami mengobrol akhirnya mas ferdi dan yang lain berpamitan pulang...
Aku mengirimkan sms mengucapkan terimakasih,
“iya sama- sama sayangku, makanya mas pesen sama okok jangan pernah kecewakan mas, karena kalau masudah dikecewakan mas susah untuk memaafkan”
Hmhmmh mataku mengantuk sambil mengetik sms “ ia kecewa yang gimana mas maksud” mataku tertutup menunggu balasan dari mas ferdi tiba-tiba handphoneku berdering “maksudnya itu, jangan sampai hilangkan kepercayaan mas terhadap okok”
Dan kamipun bertukar tukar pesan, hingga aku ketiduran menunggu balasan mas ferdi.
Keesokan harinya pas tanggal 28 april mas ferdi mngirimkan inbox 

HBD...ea sygku..mudah"n dgn berkurangnya umurnya syg menjdi lbh dwasa lgi dlm mnjalani khidupan ni dan menjdi cw yg brguna dunia akhirat...amin”




 ulang tahun tahun kali ini istimewa sekali buatku,
usai magrib aku berencana meminjam motor pada temanku untuk mengantar bapak menghadiri acara pertunangan kakak sepupuku, sekitar jam 6 lewat mas ferdi sms “dah kasih tau putri untuk masakan mas, mas pengen makan dikamar”
tiba-tiba darahku langsung mendidih, mas ferdi menjengkelkan kemaren sudah kutawarkan bahwa putri yang kan memasakannya tapi dia menolak sendiri, sekarang memberitahuku mendadak. Aku tak perlu memarahinya karena hal yang sepele ini, yang ada nanti nafsu makannya jadi hilang, perlahan kutenangkan pikiranku
aku hanya mengorengkan sebutir telur dan kerupuk yang masih ada ditoples,
setelah selesai menyiapkan makan untuknya, aku berpamitan pergi.
Dia menyusulku keluar dan kembali ke kosnya, kupikir dia marah karena melihat sikapku yang sedikit kesal dengannya.
Disepanjang perjalan aku terus memikirkan mas ferdi, kasihan seharian ia kerja lantas karena keegoisanku membuatnya menahan laparnya.
Sesampainya di tempat acara, aku terus menanyakannya apakah ia sudah makan atau belum, ternyata tadi ia kembali ke kos untuk mengambil hpnya yang ketinggalan.
Aku merasa legah mas ferdi sudah makan telur goreng yang kubuatkan tadi, meski hanya 3 jam saja jauh darinya, rasanya rinduku setahun. Hand phoneku mau lowbet
Padahal aku ingin smsan dengannya, terpaksa aku matikan agar bisa mengirimkan pesan saat pulang, sebab kunci kamarku ada pada mas ferdi.
Di acara itu aku bertemu om wahid, om wahid sangat baik padaku. Saat mengajakku bicara ia memberiku uang sebesar 100.000, wah kebetulan,
Uang yang ada dikantong sakuku hanya ada gocengan, aku dan om wahid bercakap-cakap mengenai pegawai negeri, ia menawariku untuk honor pegawai negeri di wanci sambil kuliah lagi. Dalam hati kecilku sih ingin, tapi disisi lain aku lebih menyukai jiwa pengusaha. Aku binggung, ini mesti kurundingkan dulu pada mas ferdi.
Rasanya ingin segera pulang melihat senyum mas ferdi, namun aku masih menunggu kak Adit, kak adit sudah janji mau teraktirku ke kfc, tapi aku mau diuangkan saja...
Lama mengggu, jam menunjukan pukul 11.00. kak adit baru datang usai mengantar pulang calon tunangan prianya,
             “kak mana  janjinya, “sambil menyalami kak adit dan keluarga lainnya
kata kak adit “ia, nantilah yah deek”. aku segera undur diri pamit pulang. Yah aku memakluminya, kak adit terlalu sibuk mengurus acara itu.
Sebelum sampai depan kos mas ferdi aku sudah sms, bahwa aku menunggunya di depan. Hehhehehe kebiasannku selalu membohonginya.
Mas ferdi tergesa gesa keluar, ia mengira aku sudah d depan kosnya.
Ia menenggok dari jalan ternyata aku masih jauh, dengan merasa kesal ia memberiku kunci, lucu melihat wajah seriusnya.
Aku dan bapak  langsung pulang, setibanya dirumah aku belum bisa tidur, seakan belum merasa tenang jika tak cerita tentang tawaran om wahid,
“mas,ada hal perlu aku rundingkan denganmu, tapi besok saja yah”... mesti mata sudah terasa berat, tiba-tiba mas ferdi membalasnya
“apa itu, yang harus dirundingkan sayang, cerita aja “
aku lalu menceritakan yang sesungguhnya. “gini mas, tadi kan aku ketemu ma keluarga bapak, ia menawarkanku untuk honor di daerah wanci”sebenarnya berat untuk meninggalkanmu sendirian mas, mungkinkah ini suatu pengorbanan hubungan kami.
“ya itu sih terserah ayang aja.... tinggal pilih kalau mau ikut tes terserah, berarti akan terpisah sama mas dan mas juga gak mungkin tinggal di sini karena gak ada okok....
Kan mas bertahan di sini karena okok” waduuh.......! akupun mulai berpikir dan terus berpikir apa yang harus aku lakukakan,
“aku gag pengen ninggalin mas, terus gimana dengan keseharianku disana nantiinya sedangkan aku tau sendiri keadaan bapak dan mama”
Sms dari mas ferdi “ya iyalah.... biarpun kita pintar juga belum tentu bisa tembus, karena jaman sekarang harus pake duit,,, mas dah tau  karena kesehariannya bergaul ma PNS”. Semangatku yang berkobar langsung dawn seketika
Mungkin aku harus memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha saja “aamiin”
Angin seakan membuyarkan pikiranku, entahlah ....



         Aku semakin yakin tetap disamping mas ferdi, hatiku telah terjerat kedalam cinta mas ferdi, aku kagum pada kesetiaan mas ferdi dan berharap setianya sampai akhir hayat memisahkan kami. Ada beberapa orang kenalan baru yang mempunyai perasaan padaku, mungkinkah itu kagum atau mereka hanya sebatas ingin mengenalku saja,,
Semua  kejadian yang terjadi pada diriku selalu ku ceritakan mas ferdi walaupun agak lama sih !!!
Kata mas ferdi “itu hanya godaan dari hubungan kita untuk menguji kesabaran dan kesetiaan okok pada mas “
Aku tersenyum sumringah mendengar kata-katanya, kupandangi wajahnya dari belakang “ya allah aku sungguh mencintainya, dia begitu mengerti dan menyayangiku dengan tulus, mudahkanlah rezekinya agar kami bisa dipersatukan dalam ikatan pernikahan “ . mas ferdi mengagetkanku sehingga aku tersipu malu sedang memandang dirinya.
Usai makan malam aku dan mas ferdi main ke kos mbak vera, awalnya aku dan mas ferdi baik baik saja,  aku meminjam leptop akhira.
Saking sebelnya mas ferdi gag mau membantuku menang dalam permainan onet onet,berkali kali mas ferdi membujukku tapi aku masih sebel
Mas ferdi ikut kesal karena aku susah untuk dibujuk akhinya dia berdiri untuk pergi,
Ku tarik tangannya agar ia tidak meninggalkanku sendirian, namun tanganku tak kuat untuk menahan langkahnya. Akhirnya ia meninggalkanku dikamar mbak vera sendirian.
Merasa bete, aku berpamitan pada putri untuk pulang ke kosku,
“bagaimana mau pulang, kunci kamarku ada ditangan mas ferdi. Aku tidak ingin bertemu dengannya “diperjalanan pulang kucoba menghubungi ibu kos mengatakan kunci kamarku hilang . tapi telponku tak  diangkatnya.
“kemana kuharus pergi, dengan pikiran agak kacau aku kabur ke rumah omku”
Tujuanku kabur bukan untuk meninggalkan mas, aku hanya menenangkan pikiranku sejenak saja”. Meski aku puas telah membuatnya gelisah tapi disisi lain aku merana karena jauh darinya.
Kukirimkan sms singkat “ mas, maafkan aku telah membuatmu sedikit kesal, jangan mengkhawatirkan aku, malam ini aku tidak pulang” segera ku matikan handphoneku.
Meski begitu aku mengharapkan balasannya, kuhidupkan kembali handphoneku
       Banyak sms mas ferdi masuk “ kalau masih sayang mas, segera pulang sekarang”
Seandainya jarak antara rumah omku dengan kos 2 meter, mungkin aku sudah berlari menghampiri mas, tapi aku tidak enak dengan om, baru juga datang sudah pergi lagi.
Tiba – tiba sms putri masuk “kak selvi jangan seperti anak kecil main kabur gitu , gag baik malam malam gini cewek bermalam dirumah orang” aku tau dia mengkhawatirkanku, berulang kali mas ferdi menyuruhku pulang tapi aku hanya katakan aku akan pulang tapi bukan hari ini, besok pagi.
Rencananya aku berangkat kerja dari rumah om, tapi mas ferdi ingin aku pulang sebelum ia berangkat kerja, yah terpaksa deh aku pulang agak awal,
Mana mobil angkot pada belum banyak, akhirnya om mengantarkanku pulang ke kosan.
Setibanya dikos mas ferdi, ia menatapku begitu tajam dan menasehatiku.
Betapa rindunya diriku melihat wajah kekasihku, padahal hanya semalam aku meninggalkannya.
Kami baikan lagi,  dari setiap masalah yang kualami bersama mas ferdi seakan membuatku menjadi wanita yang sedikit agak dewasa.












       Minggu  yang sedikit membuatku tak nyaman,  sebelum berangkat kerja aku menyempatkan datang ke kamar ma ferdi. Aku merasa sedikit bersalah tak menyediakan sarapan dan kopi untuknya, tanganku  seolah tak mau melepaskan pipinya dari hadapanku tapi aku harus kerja. Setiap detik  aku selalu merindukannya
sore  itu  mas  ferdi  memberitahuku   aku  segera  pulang  karena ia sudah tak  bisa menahan  rasa  sakit dikepalanya, gelisah ingin cepat cepat pulang karena  tak  ingin  membiarkan  mas ferdi  sendirian,  segera kurampungkan pekerjaanku  dan berkemas  untuk pulang.
Setibanya  di kamarnya  kulihat mas ferdi  berbaring menahan rasa sakitnya,
kasihan  kekasihku, ia berbaring dipangkuannku sambil kupijiti kepalanya....
“sembuhkanlah dia ya Allah, dialah yang akan membimbingku nanti, mudahkanlah rezekinya “
Aku seperti bisa merasakan sakit yang dideritanya, kubujuk mas ferdi agar menginap saja ke kosku, mungkin bapak akan mengerti  dan mengizinkan mas ferdi bermalam karena mas ferdi sedang sakit.  Awalnya mas ferdi menentang tapi setelah kubujuk bujuk akhirnya ia mau mendengarkanku,,,
dan malam itu kami telah melakukan hal hal yang semestinya dilarang,,,  aku yakin ia begitu tulus menyayangiku, keadaannya semakin membaik......
ku peluk tubuhnya dan kukecup pipinya seakan tak ingin melepaskannya,,,
jujur aku tak pernah merasakan  cinta seperti ini, mas ferdi begitu istimewa
aku sosok wanita yang sedikit agak pelupa dan boros, itulah mas ferdi yang kurang disukai dariku,,, 
tanpa dia disampingku aku galau, sakitnya belum sembuh tiba – tiba ia dapat telpon dari pelanggannya untuk datang kerumahnya untuk ambil uang,
aku ingin sekali menemaninya, mas ferdi mengizinkanku untuk ikut dengannya
dengan senang hati kami janjian. Rumah orang yang akan kami kunjungi begitu jauh
tepatnya dibagian konda desa ambololi, desa ini tak asing bagiku karena kebanyakan teman – teman mtsku tinggal di desa itu,, hanya saja temen-temen yang lainnya sudah pada menikah bahkan ada yang dapat tugas luar kota,,, suasananya sepi tak seperti dulu. Mas ferdi menyuruhku menunggunya diluar, tapi aku menolak
Dan mengikutinya masuk kerumah itu.
            Diperjalanan pulang kami cerita cerita tentang masa depan kami berdua, entah dari mana asalnya ceritanya sehingga mas ferdi mulai menasehatiku agar  tidak boros belanja  karena keuangan kami sangat menipis, dan aku sedikit sedih karena kata katanya “ mas itu, orangnya pemalu tapi kalo mas sampai dikasih malu hm, mas gak sungkan sungkan tinggalin “ aku langsung menangis tersedu sedu, karena aku orangnya ceroboh, bagaimana jika seandainya aku tak sengaja mempermalukannya
Mungkin ia akan tinggalkanku, setibanya dikos  aku  bertemu  putri, ia segera mennyaiku kenapa kak selvi, kenapa kak selvi menanggis,, hatiku seperti meronta ronta  tak  bisa  menahannya... mas ferdi  segera  mengikutiku  dan mencoba menenangkanku,, “kulepas tangannya aku mau pulang saja..... sambil menangis”
Mas ferdi menahanku dan mengunci pintu kamarnya, ia memelukku dan menghapus air mataku “sudah,,, jangan menangis lagi, mas minta maaf kalo perkataan mas melukai perasaanmu, maafkan mas yah sayang” ...
Seberapa besar kesalahan   orang yang kita sayangi pasti kita masih bisa memaahkannya, begitu juga denganku
Aku memaafkannya, mungkin mas ferdi sedikit emosi karena aku sedikit lemot, tapi aku tak bisa merubahnya, yah mungkin bisa sih tapi agak sulit...
Meski begitu aku tak merasa menyimpan dendam pada mas ferdi,  hubungan kami seperti  biasa  lagi,  aku menginginkan menikah secepatnya namun itu begitu berat buat mas ferdi  alasannya kakak pertama dan kelimanya belum menikah,,
Dan akupun harus sedikit bersabar,  aku bermimpi membeli sebutir telur dan baju daster warna coklat yang sedikit lusuh, pagi harinya aku kaget
mama pernah bilang jika kita bermimpi mendapatkan telu itu bertanda hamil,
Kejadian itu segera ku sampaikan pada mas ferdi, raut wajah mas ferdi terkejut...
Dipikiranku  bagaimana nasib anakku, sementara posisi mas ferdi begitu rumit.
“mas gimana seandainya jika aku ternyata positif hamil,” ingin kudengar alasannya
“ya nikah atuh masa mau di gugurin, darah daging mas sendiri mau dibunuh,
cuman tanggungnya ini masih lama lebaran, coba kalo habis lebaran
Kan itu darah daging mas sendiri, nah kalo hamilnya sama orang lain mas yang kena getahnya, ya mas gak mau, makanya  mas mau tanggung jawab”
Ternyata mas ferdi mau bertanggung jawab, pikiranku sedikit tenang mas ferdi mau mempertahankan buah hatinya,, namun aku belum punya waktu untuk melakukan tes
         Apakah benar aku positif hamil,,  iaa mengelus elus perutku
“nak! Abbi dan ummi sayang  kamu doain abbi supaya dapat uang untuk nikah”
Hatiku seperti menjerit, mas ferdi belum mendapatkan uang untuk biaya pernikahan.
Aku ingin memberikan yang terbaik untuk anakku dan juga ayahnya,
“mas anterin aku yah , ke apotik beli tes peck dan sari kurma”
Mas ferdi keheranan “untuk apa sari kurama????”
“yah untuk anakmulah, supaya nanti dia bisa tumbuh cerdas seperti ayahnya bukan seperti aku”
Mas ferdipun setuju, kami langsung menuju ke apotek,,, apapun yang terjadi nantinya aku tetap akan mempertahankan anakku. Sekitar 2 -3 hari kami sedikit agak  stres  memikirkan  anakku, apakah aku betulan hamil atau tidak,
Akhirnya kami telah menemukan jalan keluarnya, jika terbukti aku mengandung mungkin poernikahanku di undur sampai 2 bulan karena waktunya tidak memungkinkan, satu bulan lagi menjelang puasa dan satu bulan lagi lebaran, itulah yang membuat kami sidikit agak pusing, tapi kukatakan pada mas ferdi “mas, kita berdua berani berbuat itu artinya kita juga berani bertanggung jawab, karena ini adalah anakmu”.
Mas ferdi selalu perhatian, itulah yang membuatku selalu merindukannya.
Aku selalu berusaha tak membuatnya kecewa, hubunganku dengannya tak pernah terlepas dari masalah, aku merasa bapak seperti mau memisahkan aku dan mas ferdi mungkin itu hanya perasaanku saja.
Aku lelah menghadapi masalah yang bertubi-tubi, dan bukan hanya aku yang merasa seperti  itu  ternyata mas ferdipun sepemikiran denganku.
Aku juga tak mengerti mengapa semakin hari aku semakin merindukan kehadirannya disampingku.





          Minggu pagi harusnya libur, tapi kau harus tetap  bekerja... sebenarnya aku jenuh dan lelah karena setiap hari kau harus kerja. Mudah-mudahan aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari yang sekarang,
Tiba-tiba bunyi sms, aku mengira pesan itu dari masa ferdi karena biasanya pagi-pagi sudah mengirimkan sms untukku, saat kubuka jantungku berdesir “ ini pin bbmu dee”
(hmhm perasaan sudah hampir 1 bulan lebih aku sms untuk mengirimkan pin bbku, sekarang aku tak membutuhkannya lagi)”
Lalu aku membalasnya “mana pinnya”
“2A097fc3, no asmu dulu saya mau telpon kamu”
“0853979999011” tak lama begitu ia menelponku, kami cerita agak banyak
“kapan kau nikah dee, sa dengar dari mama adami calonmu makanya mama larang saya menganggumu dee,”
Dengan nada agak santai “ ku katakan belum tau kapan, masih lama mungkin”
Teringat tentang dia, tapi itu hanya masa lalu, karena sekarang aku telah bersama mas ferdi.

  1. Sekitar lama berseteru dengan asdar, akhirnya Allah memberikan jalannya

Dengan keberanian asdar ia mencoba menemuiku di tempat kerja, kulihat wajahnya  tersenyum kearahku, teringat kelakuannya padaku aku masih membencinya, spontan ku usir dia namun hati kecilku ingin menjerit memeluknya “mengapa ia tega melakukan itu semua padaku”
Aku kehilangan kontak dengan asdar, aku tak tahu apakah dia bahagia, sudah makan atau belum.
Mama begitu merindukan kehadiran asdar, meskipun pernah disakiti perasaannya,
Mama terus berdoa agar dibukakan pintu hati adiku,
Kira- kira mendekati lebaran idul fitri asdar telah berada di rumah, namun mama menyembunyikan dariku karena takut jika aku tahu yang sebenarnya mungkin aku tak kan pulang kampung, setelah tiba dimobil “ nak, mama mau kasih tau sesuatu tapi jangan marah yah pada mama” kutarik nafasku dan menenangkan perasaanku ku katakan “ya mama”
Diperjalan pulang kampung aku terus terusan berkelahi dengan adik bungsuku andre,,, dia kadang nyebelin tapi ngangenin.
Setibanya, dirumah aku tak pernah menegur akbar meski sekatapun.
Hari yang kutunggu – tunggu telah tiba kami semua melaksanakan sholat id,
Sepulang dirumah aku segera meminta maaf pada mama dan bapak, setelah itu segera ku telpon mas ferdi yang sedang berada dikampung halamannya tasikmalaya, ku dengar mama sedang berbincang – bincang dengan asdar, mungkin kamu tidak punya salah pada mama, tapi kamu punya salah dengan kakakmu, sana minta maaf...
Dengan santai aku baring- baring dikamarku, tiba-tiba asdar datang dihadapanku dan memlukku dan menciumku, seolah mulutku bergetar tak mampu mengucapkan kata-kata saking terharunya,
Dan kami mulai membahas kejadian kejadian dimasa lampau, pengakuan asdar
Bude ros pernah mengatakan padanya “tenang dar, biarlah kakak, mama dan bapakmu membencimu kita tinggal balas dendam”
Yang menjadi pertanyaanku kenapa harus balas dendam?? Seolah ada rasa sakit hati yang begitu ingin dilampiaskan.
Allah telah menujukan jalan untuk menyatukan keluargaku kembali






                                                                                                  
           Menjalani hubungan asmara tidak semua pasangan bisa mengerti, aku lelah terus dan terus mencobanya. Hingga aku terjatuh kedalam lautan yang begitu dalam,
Aku terus berdoa agar suatu saat dipertemukan dengan seseorang yang baik akhlaqnya bisa menuntunku kejalanMu. Allah mempertemukanku pria yang memiliki tutur kata lemah lembut, tulus mencintaiku apa adanya.
Awalnya aku tak begitu mencintainya, namun setelah lama kami menjalaninya aku     jadi terpana dengan tingkahnya yang begitu menghargaiku.
Sekitar 1 tahun lebih kami pacaran akhirnya kamipun menikah, saat itu keadaan ekonomi kami terbilang agak susah, namun aku bahagia memiliki seorang suami sepertinya.dia selalu kerja keras demi menghidupi istrinya,
Sepulang dari kerja, suamiku melihat keadaanku yang kurang sehat, ia membawaku kerumah sakit. Dokter mengatakan aku positif hamil
Rasanya tak tak bisa tergambarkan, wajahnya yang begitu sumringah mendengar peryataan dari dokter...
Suamiku memiliki tampang yang tergolong manis, meski dia mengerti bahwa tampangnya bisa membuat wanita lain tergila-gila namun ia tetap setia mendampingiku yang tengah hamil....
Aku tau membina suatu rumah tangga tak selamanya mulus, mungkin hari esok kan ada cobaan yang lebih berat, aku berharap aku bisa selamanya mencintai dan terus bersama suamiku.
Sebelum kami tidur, ia tak pernah melewatkan mencium perutku dan mengajak bayinya bicara “ nak! Yang kuat yah ibumu kan menjagamu ayah sayang kamu nak!”.
Suamiku menyuruhku pulang kerumah mertuaku, tapi kondisiku yang tengah berbadan 2, ku katakan pada mas ferdi untuk menunggu anaknya berumur  2 setegah tahun. Ia pun setuju dengan pernyataan itu.
Lama penantian kami menunggu jabang bayi lahir kedunia ini, tiba2 perutku terasa sakit,,, bayi kamipun lahir dengan selamat.
Lengkaplah kebahagianku, mempunyai suami yang setia dan seorang putra yang tampan seperti ayahnya...

          Tak terasa sang pangeranku telah menginjak usia 5 bulan, terkadang aku dan mas ferdi selalu berantem, aku binggung yang dulu hubunganku dengan suami dan mamaku terbilang sangat akrab, tapi sekarang mereka saling bermusuhan, disisi lain mama selalu memarahiku karena ulah suamiku dan begitu juga suamiku memarahiku karena ulah mamaku,, harus bagaimanakah diriku ya Allah...
kini aku benar2 menggalami masalah rumah tangga yang seperti ini, sewaktu memutuskan untuk menikah dengan mas ferdi tak sedikitpun rasa khawatirku akan terjadi masalah seperti ini, 
mungkin Allah telah menunjukan jalannya kepadaku yang dulunya bude ros begitu memusuhiku sekarang ia begitu baik padaku dan juga anakku,, 
seperti kata orang yang sudah lama membina rumah tangga,, turuti kata2 suamimu, , jika sang suami begitu membenci ibu kandungku sendiri apakah aku sebagai anak ikutan membenci ibuku yang telah melahirkanku hingga aku bisa seperti ini....
seandainya mati adalah cara terbaik tanpa memikirkan masa depan anakku,, mungkin jalan itulah yang aku pilih.
terkadang kata - kata suamiku begitu menyakitkan hatiku, tapi sebisa mungkin aku menerima dengan lapang dada, mas ferdi selalu katakan bahwa diriku tak bisa menghargai suami,
setiap masalah yang berhubungan dengan keluargaku aku tak pernah membicarakan dengannya terlebih dahulu karena takut nanti berujung dipertengkaran,
saat aku menyadari kesalahanku yang begitu mengabaikan keberadaan suamiku, maka kucoba untuk memberitahu bahwa mamaku kan datang hari ini,
" bi ntar mama datang, da disini hanya 2 hari, jumat da pulang soalnya ada yang mama mau urus, tadi malam mama nelpon, tapi umi lupa ngasih tau abi sebab umi tadi malam habis mencuci langsung tidur".
"ah abi tidak pulang saja kalo begitu". seketika detak jantungku berdetak begitu kencang menghapus kekecewaan dihati. 
lalu aku segera membujuknya agar ia bisa melupakan sakit hatinya,
" kenapa begitu bi, itu toh abi kalo umi bilang, jawabannya begitu bagaimana umi kadang telat bilang kalo begitu, apakah salah kalo abi pulang saja kerumah lagian mama nda mintaji apa apa, umi sedih bi liat keadaan seperti ini, manami abi yang dulu waktu pertama kali ketemu sama mama, abi pulang saja dirumah.
sebagai seorang istri hari demi hari kuhitung kapan datangnya suamiku, namun kenyataan tak seperti yang kubayangkan.
        jika situasinya seperti mungkin aku lebih memilih untuk hidup sendiri,